Analisis Persebaran dan Kompleksitas Warmindo di Kota Yogyakarta Berbasis Hubungan Spasial

Datains
10 min readNov 25, 2022

--

Sebuah analisis objek kajian yang dilihat dari sudut pandang keruangan dan memperhatikan parameter fasilitas di sekitarnya.

by Datains Team

Pada ulasan sebelumnya mengenai persebaran spasial coffee shop di Kota Yogyakarta, diketahui berbagai keterkaitan objek dengan objek lainnya (Sobat Datains dapat melihatnya pada Coffee Shop di Kota Yogyakarta: Persebaran dan Kompleksitas Kepadatannya). Dalam hal ini coffee shop dianalisis pola sebaran keberadaannya dan keterkaitan dengan objek di sekitarnya. Ditemukannya pola-pola spasial sebagai akibat dari adanya hubungan keterkaitan antar fenomena spasial memicu analisis serupa dengan objek kajian berupa warung makan indomie.

Foto dari goodnewsfromindonesia.id (kiri) dan Tagar.id (kanan)

Warung Makan Indomie (warmindo) atau yang juga akrab disebut burjo merupakan salah satu tempat makan yang dapat ditemui di pinggir jalan dan menyajikan berbagai macam makanan dan minuman. Pada umumnya, warmindo sangat mudah ditemui di sekitar kampus. Bagi sebagian besar mahasiswa, mungkin warmindo sudah menjadi bagian dari menu makan sehari-hari. Hal ini dikarenakan harga sajiannya yang cukup terjangkau, menu makanan yang bervariasi dan mengenyangkan, pelayanan yang cepat, serta berbagai kemudahan baik dari segi aksesibilitas, lokasi, maupun hal lain yang mampu menarik minat pembeli yang mayoritas berasal dari kalangan mahasiswa.

Keberadaan Warmindo di Kota Yogyakarta terus mengalami peningkatan sejak menjamurnya tren warmindo pada tahun 2016. Eksistensi Kota Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota wisata memiliki potensi yang besar bagi pelaku usaha untuk membuka bisnis warmindo di Kota Yogyakarta. Tren gaya hidup berupa nongkrong dengan didukung kebutuhan akan makanan dan minuman mendorong pelaku usaha bisnis kuliner untuk menemukan lokasi yang tepat untuk mengembangkan usahanya. Pietro (2017) dalam studi literaturnya menjelaskan bahwa ketersediaan dan akses ke lokasi yang didukung dengan faktor menu, variasi, suasana, dan harga merupakan kebutuhan dasar konsumen dari berbagai segmen. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pola persebaran spasial warmindo di Kota Yogyakarta menggunakan keterkaitan dengan beberapa fasilitas. Melalui analisis ini diharapkan akan menjadi rekomendasi dan titik acuan bagi pelaku usaha bisnis kuliner warmindo untuk memulai bisnisnya dengan mempertimbangkan faktor lokasi dan parameter yang mempengaruhinya.

Peta Persebaran Usaha Warmindo di Kota Yogyakarta

Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, pendekatan subjektif, dan survei parameter yang berpengaruh pada pendirian usaha warmindo, diambil empat parameter yang diasumsikan berpengaruh pada pendirian usaha ini. Keempat parameter tersebut berupa fasilitas kantor atau business area, fasilitas pendidikan yang dibagi menjadi kategori pelajar (SMP-SMA) dan kategori mahasiswa (perguruan tinggi), serta fasilitas kos dan asrama.

PEROLEHAN DATA DAN METODE

Jumlah POI Hasil Scrapping

Sebanyak 387 titik kedai warmindo berhasil diidentifikasi keberadaannya di Kota Yogyakarta. Proses scraping data dilakukan menggunakan platform Google Maps dan Open Street Maps untuk mendapatkan data warmindo terbaru di November, 2022. Penggunaan berbagai kata kunci berkaitan dengan usaha warmindo dimaksimalkan untuk mendapatkan data warmindo existing sebanyak-banyaknya. Meskipun begitu proses pencarian ini terbatas pada kata kunci Warmindo, Indomie, dan Burjo dengan skala pencarian yang bervariasi. Hal serupa turut dilakukan pada parameter lain yang digunakan dalam kajian ini berupa perkantoran, pendidikan, dan kost/asrama.

Tahapan Proses Pengolahan Data

Proses pembersihan (cleaning) dilakukan untuk memastikan informasi keberadaan objek dan tidak adanya duplikasi data yang dapat mempengaruhi proses analisis. Analisis menggunakan metode analisis persebaran spasial berupa kernel density sebagai media analisis kualitatif dan average nearest neighbour sebagai media analisis kuantitatif.

WARMINDO DAN PARA PEMAIN BISNISNYA

Sektor usaha warmindo atau kerap disebut burjo kini telah bertransisi menjadi salah satu sektor usaha yang terus mengalami pertumbuhan positif. Berdasarkan data yang telah berhasil dikumpulkan saja, di Kota Yogyakarta telah didapati 387 titik kedai warmindo yang nantinya masih akan terus mengalami pertambahan jumlah. Meskipun begitu, terdapat hal menarik yang didapati dari persebaran kedai warmindo di Kota Yogyakarta ini, yaitu pemilik dan/atau pelaku usaha yang pada umumnya didominasi oleh orang Jawa Barat. Menindaklanjuti hal tersebut dilakukan survei dengan metode kualitatif berupa wawancara singkat di beberapa warmindo di daerah Gondokusuman. Melalui wawancara tersebut diketahui bahwa sebagian besar pemain dalam usaha warmindo di Kota Yogyakarta merupakan warga Kuningan, Jawa Barat dan sebagian kecil merupakan warga Cirebon, Jawa Barat. Survei ini dilakukan sebagai bagian dari analisis kompleksitas persebaran warmindo di Kota Yogyakarta yang pada umumnya tidak dikelola oleh warga Yogyakarta itu sendiri.

LOKASI DALAM SUDUT PANDANG KERUANGAN

Ditinjau berdasarkan kajian geografi, lokasi merupakan variabel yang keberadaannya berfungsi dalam menggambarkan berbagai gejala dan faktor yang mempengaruhi suatu fenomena tertentu (Mizanthi, 2017). Lokasi dalam keruangan spasial terbagi menjadi dua yakni lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut berkaitan dengan letak astronomis berupa garis lintang dan garis bujur, sedangkan lokasi relatif lebih berkaitan dengan karakteristik tempat suatu wilayah. Variabel kajian warmindo dilihat dari sudut pandang keruangan, yang dianalisis melalui tingkat kepadatannya dan pola distribusinya.

Peta Kepadatan Usaha Warmindo di Kota Yogyakarta

Tingkat kepadatan usaha warmindo dianalisis berdasarkan keseluruhan titik atau POI objek untuk mengetahui pola keruangannya, yang menggunakan salah satu metode density base yaitu kernel density. Metode kernel density ini merupakan model perhitungan untuk mengukur kepadatan secara non-parametrik (Joseph dan Urufi, 2021). Dalam konteks spasial metode ini digunakan sebagai acuan untuk menganalisis pola persebaran kepadatan di suatu area, salah satunya adalah kepadatan warmindo yang menjadi variabel kajian dalam pembahasan ini. Berdasarkan visualisasi di atas, secara kualitatif dapat diketahui bahwa pola kepadatan warmindo yang tinggi terbentuk di beberapa lokasi, di antaranya adalah di bagian timur Kecamatan Gondokusuman, beberapa bagian dari Kecamatan Umbulharjo di tengah dan selatan, serta pola-pola kecil yang terbentuk di hampir semua kecamatan lain di Kota Yogyakarta.

Perhitungan ANN

Pola persebaran spasial yang terbentuk dapat diketahui secara lebih pasti melalui analisis kuantitatif, salah satunya menggunakan metode average nearest neighbour (ANN). Metode ini mengukur jarak antara pusat geometris tiap objek dengan pusat geometris dari objek terdekat, yang rata-rata semua jarak tersebut dihitung untuk mengetahui pola persebaran spasialnya (Fitriana, Saraswati, dan Widayani, 2013). Dasar unit pemetaan yang digunakan adalah wilayah administrasi Kota Yogyakarta yang mendukung sensitivitas metode ini terhadap luas area, sehingga luas wilayahnya menjadi batasan analisis. Nilai Z-score pada ringkasan ANN di atas menunjukkan angka -10.186560 yang lebih kecil dari batas nilai Z-score untuk signifikansi tertinggi pada pola persebaran spasial clustered, yaitu -2.58. Hal ini sesuai dengan kesimpulan pada pendekatan kualitatif yang menyatakan bahwa persebaran spasial warmindo di Kota Yogyakarta cenderung memiliki pola terklaster atau membentuk kelompok-kelompok. Parameter yang mempengaruhi dan dianggap memiliki kontribusi terhadap pembentukan klaster-klaster warmindo ini dilakukan berdasarkan tiap parameter yang disajikan pada uraian di bawah ini.

ANALISIS PADA MASING-MASING PARAMETER

  1. WARMINDO DAN FASILITAS PERKANTORAN (BUSINESS AREA)
Peta Kepadatan Usaha Warmindo dan Distribusi Fasilitas Perkantoran di Kota Yogyakarta Tahun 2022

Fasilitas perkantoran termasuk dalam salah satu faktor yang mempengaruhi distribusi Warmindo lantaran daerah dan wilayah kerja merupakan salah satu zona potensial dalam pertimbangan pemilihan lokasi bisnis kuliner. Terdapat 158 titik lokasi perkantoran yang mencakup Perseroan Terbatas (PT), Commanditaire Vennootschap (CV), dan kantor instansi pemerintah. Persebarannya sangat mencolok dan terlihat mengelompok pada daerah Kecamatan Tegalrejo, Gedongtengen, Danurejan, dan sebagian kecil Gondokusuman. Persebaran ini dapat dikatakan sejalan dengan klaster warmindo besar yang terbentuk di daerah Gondokusuman, meskipun lokasi klasternya yang cukup jauh dari lokasi perkantoran. Pengaruh fasilitas perkantoran terhadap terbentuknya pola distribusi spasial warmindo di Kota Yogyakarta kurang begitu besar jika dilihat dari hasil visualisasi ini. Meski begitu, terdapat beberapa lokasi fasilitas perkantoran yang berpengaruh pada terbentuknya klaster kecil warmindo, yang dapat dilihat di Kecamatan Jetis, Gedongtengen, dan Danurejan, serta di Kecamatan Mantrijeron. Lokasi yang dapat menjadi referensi untuk pendirian warmindo dengan sasaran konsumen pekerja adalah di Kecamatan Gondokusuman bagian barat, Kecamatan Gedongtengen bagian timur, dan Kecamatan Danurejan bagian tengah, dilihat dari banyaknya fasilitas perkantoran tetapi masih sedikit warmindo yang tersedia. Kajian mengenai variasi usaha perkantoran dan aktivitasnya perlu dilakukan lebih lanjut untuk menganalisis kecenderungan konsumsi pada warmindo.

2. WARMINDO DAN FASILITAS PENDIDIKAN KATEGORI PELAJAR (SMP-SMA)

Peta Kepadatan Usaha Warmindo dan Distribusi Fasilitas Pendidikan (SMP — SMA) di Kota Yogyakarta Tahun 2022

Persebaran fasilitas pendidikan terlihat cukup merata di Kota Yogyakarta, yang mana ruang lingkup fasilitas pendidikan dibagi menjadi kategori pelajar (SMP hingga SMA) dan kategori mahasiswa (perguruan tinggi). Untuk persebaran fasilitas pendidikan kategori pelajar (SMP hingga SMA) tersebar ke 156 titik yang persebarannya dapat dikatakan merata di seluruh Kota Yogyakarta. Meski begitu, fasilitas pendidikan kategori pelajar masih terbilang sedikit pada daerah-daerah yang memiliki klaster warmindo seperti di Kecamatan Gondokusuman dan Umbulharjo. Terdapat pertimbangan dimasukkannya titik lokasi jenjang SMP hingga SMA untuk kategori pelajar, yakni didasarkan pada kemampuan daya beli yang terjangkau oleh kantong pelajar. Bukannya menghasilkan analisis bahwa persebaran fasilitas pendidikan SMP-SMA mempengaruhi keberadaan warmindo, berdasarkan visualisasi di atas cenderung dapat diketahui bahwa pada setiap pendirian warmindo, segmen pasar berupa siswa SMP-SMA tetap dapat dimiliki oleh setiap warmindo meskipun masih kurang signifikan melihat dari lokasi klaster besar warmindo yang tidak berada di sekitar fasilitas ini. Sebagai wujud pertimbangan pendirian warmindo di Kota Yogyakarta, upaya memprioritaskan fasilitas pendidikan SMP-SMA perlu dipikirkan matang-matang mengingat hampir keseluruhan fasilitas pendidikan SMP-SMA sudah dilayani oleh warmindo, tetapi tidak sampai membentuk suatu klaster besar yang mampu mengarahkan pada demand yang begitu besar.

3. WARMINDO DAN FASILITAS PENDIDIKAN KATEGORI MAHASISWA (PERGURUAN TINGGI)

Peta Kepadatan Usaha Warmindo dan Distribusi Fasilitas Pendidikan (Perguruan Tinggi) di Kota Yogyakarta Tahun 2022

Keberadaan parameter perguruan tinggi dalam hal ini menjadi visualisasi keberadaan mahasiswa sebagai segmen pasar yang menjanjikan bagi warmindo. Mengutip pada penelitian yang dilakukan oleh Agnefa (2018), warmindo menjadi pilihan utama dari mahasiswa untuk makan dan minum dengan harga yang cenderung murah dengan makanan cita rasa Jawa Barat. Saat ini, warmindo tidak lagi terbatas dengan makanan bercita rasa tertentu, karena warmindo juga menyajikan menu yang berbeda-beda. Sebanyak 99 institusi perguruan tinggi ditemukan di Kota Yogyakarta untuk dianalisis keterkaitannya dengan keberadaan warmindo. Banyaknya jumlah perguruan tinggi di Kecamatan Gondokusuman dan Umbulharjo sejalan dengan hasil identifikasi kepadatan warmindo, di mana lokasi warmindo yang membentuk klaster besar terdapat di dua kecamatan tersebut. Daerah perguruan tinggi memang kerap menjadi sasaran dalam membuka usaha warmindo dengan menawarkan harga santapan yang murah dan bervariasi bagi mahasiswa. Melalui visualisasi data tersebut, aspek keberadaan institusi perlu dipertimbangkan apabila menyasar segmen mahasiswa. Lokasi yang dapat menjadi referensi untuk pendirian warmindo dengan sasaran konsumen mahasiswa adalah di Kecamatan Umbulharjo bagian tenggara, Kecamatan Jetis bagian barat, dan Kecamatan Mantrijeron, dilihat dari banyaknya fasilitas pendidikan perguruan tinggi di wilayah tersebut, tetapi masih sedikit warmindo yang tersedia. Tingginya demand yang ada dan persaingan yang tinggi akibat kemiripan barang yang dijual antar warmindo perlu diperhatikan untuk memastikan lokasinya efektif dan usaha yang akan didirikan akan memberikan keuntungan serta tidak kalah saing dengan usaha serupa.

4. WARMINDO DAN FASILITAS KOS & ASRAMA

Peta Kepadatan Kost dan Asrama di Kota Yogyakarta Tahun 2022 (kiri) ; Peta Kepadatan Usaha Warmindo dan Distribusi Fasilitas Kost dan Asrama di Kota Yogyakarta Tahun 2022 (kanan)

Fasilitas kos dan asrama dimasukkan ke dalam satu dari empat faktor, mengingat potensi Yogyakarta sebagai kota pelajar yang kaitannya tak akan pernah lepas dari warmindo. Persebaran warmindo di Yogyakarta tentu tidak lepas dari aktivitas pelajar dan mahasiswa yang menggunakan warmindo sebagai ruang singgah untuk membeli makan atau sekaligus menjadi tempat nongkrong dan bercengkrama, sehingga kedekatan lokasi kos dan asrama dengan warmindo diasumsikan memiliki korelasi. Terdapat 507 titik lokasi kos dan asrama yang diperoleh. Titik lokasi tersebut merupakan titik yang tersedia di Open Street Maps (OSM) dan Google Maps, yang belum mencakup beberapa kos atau asrama yang tidak terdaftar. Persebaran kos dan asrama sangat merata di seluruh Kota Yogyakarta, tetapi wilayah yang memiliki bagian dengan sedikit sebaran warmindo adalah Kecamatan Kraton, Gondomanan, Gedongtengen, Kotagede, bagian selatan Umbulharjo, serta bagian barat Tegalrejo. Melihat visualisasi persebaran dan kepadatan fasilitas kos dan asrama, dapat diketahui bahwa pada setiap perkumpulan kos atau asrama diikuti oleh keberadaan warmindo yang juga mengelompok meskipun intensitasnya secara signifikan tidak begitu besar. Ini memberikan analisis pada pengusaha pemula untuk dapat menyasar area kos dan asrama karena selalu dapat dijadikan segmen pasar. Beberapa wilayah yang dapat dijadikan pertimbangan dalam perintisan usaha warmindo seperti Kecamatan Danurejan dan Jetis yang memiliki kepadatan kos dan asrama yang tinggi tetapi masih jarang adanya usaha warmindo.

KESIMPULAN

Distribusi warmindo di Indonesia telah mengalami peningkatan dalam kurun waktu sepuluh hingga lima belas tahun terakhir. Warmindo telah menjadi lebih dari sekedar tempat makan, melainkan sebagai tempat nongkrong yang dikemas dengan suasana sederhana. Di sejumlah kota besar, warmindo telah menjadi tempat makan favorit dengan harga terjangkau, tak terkecuali di Kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta dengan julukan sebagai kota pelajar tentu memiliki potensi yang menjadi daya tarik wirausahawan yang ingin mendirikan bisnis kuliner warmindo dengan sasaran mahasiswa dan pelajar. Menindaklanjuti hal tersebut, analisis spasial distribusi warmindo menjadi hal yang perlu dilakukan, sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran warmindo di wilayah Kota Yogyakarta dan keputusan yang harus diambil dalam melakukan pertimbangan seputar lokasi pendirian usaha warmindo.

Dasar pertimbangan untuk mengetahui distribusi warmindo ditentukan berdasarkan keberadaan infrastruktur di sekitarnya, juga jarak dengan titik-titik penting di Kota Yogyakarta. Faktor-faktor inilah yang akan menjawab mengapa distribusi warmindo di Kota Yogyakarta dapat mengelompok atau membentuk klaster di daerah tertentu. Selain itu, juga didukung dengan faktor aksesibilitas berupa kedekatan warmindo dengan jalan utama, berupa jalan arteri atau jalan kolektor. Masyarakat akan cenderung memilih warmindo yang dekat infrastruktur tertentu atau dapat dijangkau dengan mudah melalui jalan utama.

Penulis: Alifa Yunia (@alifayr), Putri Laila (@putrilkn), Rayhan Rajoalam

Editor: Hasea Alfian & Novan Hartadi

DAFTAR PUSTAKA

Agnefa, Alexander C. (2018). Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Warmindo Wala Weleu Berdasarkan Analisis SWOT. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Fitriana, N., Saraswati, E., & Widayani, P. (2013). Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi untuk Pemetaan Tingkat Kerentanan Penyakit Tuberkulosis (Tb) di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, YOGYAKARTA. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Joseph, S. A. P. D., Urufi, J. (2021). Pola Persebaran Spasial, Aksebilitas, dan Arahan Lokasi Sarana Pelayanan Umum (SPU) Rumah Sakit di Kawasan Perkotaan Jember

Mizanthi, F. (2017). Perilaku Spasial Mahasiswa UI Dalam Memilih Lokasi Kafe Di Jalan Margonda Depok. Industrial Research Workshop and National Seminar Politeknik Negeri Bandung: Universitas Indonesia.

Pietro, D. (2017). Restaurant and Foodservice Research: A Critical Reflection Behind and an Optimistic Look. Int J Contemp Hosp Manage, 29(4), 1203–1234.

--

--

Datains
Datains

No responses yet