Menilik Kontestasi Ruang antara Ritel Modern dan Tradisional di Bali

Datains
8 min readDec 28, 2022

Analisis dominance location index antara ritel modern dan tradisional yang dikombinasikan dengan pendekatan hex grid di Bali

by Datains Team

(Sumber: honeycombers.com)

Latar Belakang

Proses transformasi ruang selalu ada dalam ruang yang dihuni oleh masyarakat yang berkelompok dan biasanya ditunjang oleh kondisi yang tidak setara (unequal condition) (Smith, 1990). Hal tersebut, kemudian menciptakan kelompok minoritas dan kelompok mayoritas. Menurut Wahyudi dkk. (2019), adanya derajat intensitas rasa memiliki terhadap ruang (space possessiveness) oleh kelompok tertentu menjadi sumber kekhawatiran dan ketegangan karena persaingan karakter ruang yang berbeda saling tarik menarik.

Lebih lanjut, Wahyudi dkk. (2019) mengungkapkan bahwa ketegangan dalam ruang tersebut kemudian memicu timbulnya konflik. Hal ini terjadi karena tidak ada kesepakatan antar kelompok, terlebih lagi terjadi pada kawasan yang mempunyai potensi dan dibutuhkan oleh masing-masing pihak. Adanya fenomena kontestasi ruang dapat dipahami sebagai bentuk relasi kuasa dari aktor-aktor penataan ruang yang meliputi pemerintah, masyarakat, dan pasar.

Perubahan tata ruang di perkotaan, khususnya ruang kota yang memiliki karakteristik sebagai kota wisata modern, telah mempengaruhi setiap warganya dengan kehadiran investor atau pengembang di wilayah tersebut. Hal ini sebagaimana terjadi pada fenomena kontestasi ruang antara ritel modern dan tradisional di Bali. Bali sebagai destinasi wisata kelas dunia telah menjadi tempat beroperasinya kapitalisme ruang. Menurut Harvey (1985), terdapat proses kompleks dari kegiatan penataan ruang kota modern dimana kapitalis tidak akan berhenti dalam kegiatan memproduksi keuntungan atas ruang yang dimiliki dan keberhasilannya membangun ruang.

Pertumbuhan Ritel Modern di Bali

Hal ini sangat terlihat jelas dari fenomena ritel modern yang menjamur di Bali. Misalnya di Kota Denpasar, berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar, jumlah ritel modern tahun 2014 berjumlah 136 unit dengan rincian: 88 memiliki jaringan, 48 milik perorangan, 2 unit hypermarket, dan 3 unit supermarket. Menurut Kusuma dkk (2010) perkembangan ritel modern ini faktanya telah berkembang dan menjamur berada pada daerah strategis di sepanjang jalan Kota Denpasar.

Keberhasilan ritel modern di Bali tidak terlepas dari faktor keberhasilan pemilihan lokasi sehingga keberadaannya mampu bertahan dari tahun ketahun hingga saat ini. Eksistensi ritel modern sangat erat kaitannya dengan perkembangan permukiman, kepadatan lalu lintas, dan adanya daerah pusat perdagangan. Perkembangan ritel modern yang semakin cepat di Bali telah berdampak terhadap perubahan fungsi ruang ke arah ritelisasi, kemacetan, penurunan kualitas lingkungan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah mulai terpinggirkannya keberadaan ritel-ritel tradisional yang ditandai dengan menurunnya geliat dan pemasukan peritel tradisional terhadap keberadaan ritel-ritel modern di kawasan sekitarnya.

Gambaran kontestasi ritel modern dengan ritel tradisional di Bali, khususnya pada aspek lokasi dari keduanya, menjadi hal yang menarik untuk ditelaah lebih dalam terkait anatomi lokasi ruang kontestasi tersebut. Tulisan ini mencoba untuk mengulas pola kontestasi dominasi antara keduanya melalui perspektif keruangan.

Metode Dominance Location Index

Analisis dominance location index digunakan untuk menganalisis dominansi suatu jenis ritel pada area tertentu yang dikombinasikan dengan pendekatan hex grid. Hex grid memilki kelebihan berupa ketepatan jarak antara setiap titik pusat grid yang bersebelahan selalu sama dan tidak memiliki celah (Kontur, 2020). Grid yang digunakan kali ini merupakan hex grid atau grid yang berbentuk hexagonal yang memiliki radius sebesar 500 meter. Perhitungan dominance location index untuk melihat kecenderungan dominasi satu objek terhadap seluruh objek di satu lokasi yang sama, dapat dilihat pada formula berikut.

Dimana subjek A yang menjadi objek pertama dibagi dengan hasil penjumlahan dari subjek A dan subjek B. Hasil perhitungan tersebut berada pada rentang 0–1. Skor tersebut mengacu kepada dominasi subjek A terhadap suatu grid. Sebagai contoh, jika nilai rasio Alfamart (Subjek A) — Indomaret (Subjek B) bernilai 0.33, maka skor tersebut condong ke arah Indomaret sebagai subjek B yang menguasai grid tersebut.

Terdapat beberapa rasio yang digunakan dalam menghitung analisis lokasi tempat perbelanjaan di Provinsi Bali. Daftar rasio tersebut adalah:

  • r_af_id: perbandingan antara dominasi Alfamart Group (alfamart dan alfamidi) di suatu grid hex terhadap Indomaret
  • r_af_amd: perbandingan antara dominasi Alfamart di suatu grid hex terhadap Alfamidi
  • r_mini: tingkat dominasi minimarket lokal terhadap retail modern (Alfamart Group, Indomaret, Circle-K)
  • r_pasar: tingkat dominasi pasar terhadap retail modern (Alfamart Group, Indomaret, Circle-K)
  • r_m_t: perbandingan antara dominasi pusat perbelanjaan modern (Indomaret, Alfamart Group, supermarket, Circle-K) dengan tempat perbelanjaan tradisional (pasar, minimarket, warung, toko, Toko SRC)

Hasil Analisis

Distribusi Ritel Secara Umum di Provinsi Bali

Berdasarkan hasil scraping melalui overpass-turbo.eu pada Open Street Map dan Google My Maps, jumlah ritel yang berhasil diperoleh sebanyak 464 ritel yang terdiri dari, Alfamart, Alfamidi, Circle-K, Indomaret, mal, minimarket, pasar, supermarket, dan swalayan. Jumlah masing-masing jenis ritel terlihat dalam bagan di bawah ini.

Jumlah pasar tradisional lebih unggul dibandingkan dengan ritel lainnya. Hal ini berkaitan dengan Provinsi Bali yang masih menjunjung tinggi ekonomi adat yang bertujuan untuk membangun perekonomian masyarakatnya (Junaedi, et al., 2021). Keberadaan pasar tradisional di Bali sudah ada secara turun temurun dan sudah menyatu dengan adat dan budaya daerah masing-masing (Christiawan dan Lestari, 2015). Untuk melihat sebaran semua jenis ritel di Provinsi Bali dapat dilihat pada peta di bawah ini.

Secara umum distribusi ritel di Bali memiliki pola cenderung mengelompok. Dari peta di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa tempat belanja sangat mendominasi di bagian selatan Bali, yaitu di Kabupaten Denpasar, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem, dan selatan Kabupaten Tabanan. Hal ini berkaitan dengan adanya tempat wisata yang memiliki daya tarik wisatawan tinggi, sehingga dibangun tempat belanja untuk memfasilitasi para wisatawan.

Jangkauan Ritel dan Aksesibilitasnya

Analisis Cost allocation di Bali (Sumber : Pengolahan Data, 2022)

Peta di atas menunjukkan jangkauan suatu ritel yang dipengaruhi oleh jalan sebagai aksesibilitas. Satu ritel dibatasi oleh sebuah poligon yang menunjukkan jangkauan areanya. Semakin kecil ukuran poligon, maka jangkauan areanya semakin kecil juga. Hal ini menunjukkan bahwa pada area tersebut terdapat persaingan yang tinggi antar ritel. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bagian selatan Pulau Bali memiliki distribusi ritel lebih padat, sehingga persaingan antar ritel di daerah ini lebih ketat dan jangkauan satu ritel menjadi lebih sempit.

Gambar 3.3 Perbandingan antara ritel modern (biru) dengan ritel tradisional (merah)
Gambar 3.4 Perbandingan antara dominasi Indomaret (merah) dan Alfamart (biru)

Berdasarkan hasil analisis agregasi dominance location index, diketahui bahwa terdapat adanya perbedaan ekstrim antara spektrum dominasi ritel modern dengan ritel tradisional. Hal ini merupakan suatu pertanda baik dimana pada jarak 500 meter tersebut, tidak terdapat perebutan kuasa antara peritel tradisional maupun peritel modern yang melakukan ekspansi bisnis. Bahkan di kota Denpasar sendiri, terdapat ruang-ruang kuasa retail tradisional yang memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi.

Persaingan di Kota Denpasar dan Kabupaten Lain

Melalui persaingan antar ritel modern pula sebagaimana yang tertera pada gambar 3.4, persaingan antara penguasaan ruang Alfamart vs Indomaret dapat terlihat jelas dimana di kawasan Denpasar dan Badung selatan sendiri, Indomaret lebih mendominasi di sekitar pusat kota dibandingkan Alfamart yang hanya sedikit yang berada dekat pusat pemerintahan provinsi Bali dan lebih mendominasi di kawasan sekitar pantai Kuta. Namun jika ditilik dari jumlah penduduk berdasarkan hasil agregasi grid, terlihat bahwa Indomaret mampu meraup pangsa pasar yang lebih besar dikarenakan aktivitas perkotaan warga Bali dan kaum urban tentunya lebih menyerap pemasukan dibandingkan hanya mengandalkan aspek Turisme.

Di kabupaten lain di provinsi Bali, Indomaret memiliki eksistensi yang lebih besar serta mampu menjangkau wilayah dengan jumlah penduduk yang kecil. Hal ini mampu menjadi evaluasi bagi pihak Alfamart dalam memperkuat branding ritel di Bali serta membuka peluang untuk melakukan ekspansi bisnisnya disamping kuatnya peran ritel tradisional di wilayah non-turisme di Bali.

Gambar 3.5 Distribusi Spasial dominasi ritel modern vs ritel tradisional melalui peta 2D di bagian selatan (kiri) dan bagian utara (kanan)

Jika menilik distribusi spasial melalui sudut pandang dua dimensi, terdapat keunikan berupa pengelompokkan (clustering) antara retail tradisional dan retail modern. Keduanya sama-sama berada di kawasan jalan penting, meskipun pada kawasan wisata favorit (Pantai Kuta), wilayah tersebut dikuasai oleh peritel modern. Bergerak ke arah Tabanan, pengelompokkan retail modern cukup terlihat dimana retail modern menguasai jalan strategis penghubung Badung-Tabanan sekaligus pusat kabupaten. Hal yang sama terjadi pula di daerah lain di kawasan timur Bali (Klungkung dan Karangasem).

Bergerak ke bagian utara Bali, terdapat tren yang berkebalikan dengan temuan-temuan di daerah lain. Pusat-pusat kabupaten di Buleleng dan Jembrana dengan kepadatan lebih tinggi dikuasai oleh retail-retail tradisional sehingga menyisakan retail modern di kawasan jalur penghubung kabupaten. Retail tradisional tersebut adalah pasar lokal atau yang disebut dengan Pekan. Maraknya retail tradisional di kawasan tersebut menandakan bahwa retail modern hanya mampu bertahan di kawasan yang memang menjadi destinasi wisata turis, baik turis lokal maupun mancanegara. Hal ini disebabkan karakteristik konsumen Bali yang cukup berbeda dimana peran ritual keagamaan merupakan salah satu tujuan masyarakat bali dalam berbelanja, khususnya sembako dan peralatan yang dibutuhkan dalam kegiatan upacara (Ismail dan lainnya, 2020).

Melalui temuan tersebut ditemui pula beberapa fakta lain dimana pada kawasan dengan tingkat kepadatan turis yang tinggi dan menjamurnya retail modern di kawasan perkotaan, strategi yang digunakan dalam mempertahankan bisnis oleh peritel tradisional adalah dengan membangun relasi dan kepercayaan terhadap pelanggan disamping melakukan pembenahan pasar dan peningkatan mutu dan higienitas produk dan pasar.

Kesimpulan

Pasar dan peritel tradisional di bali mampu bertahan dari gempuran ekspansi ritel modern yang dibarengi dengan momentum pemulihan ekonomi berbasis pariwisata internasional. Terdapat beberapa faktor yang memainkan peranan resistensi pasar tradisional di kabupaten dan kota di provinsi Bali, yaitu karakteristik konsumen yang berbelanja untuk melaksanakan ritual keagamaan di wilayah yang sedikit turis dan penguatan relasi dan kepercayaan terhadap pelanggan di wilayah perkotaan dan jamak dikunjungi wisatawan.

Penguasaan pangsa ritel modern di Bali juga dapat terlihat melalui persebaran spasial indeks dominasi antara dua ritel besar (Alfamart dan Indomaret). Di berbagai sisi (jumlah, persebaran, dan pangsa konsumen), Indomaret unggul dalam menyaingi Alfamart sehingga dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi mengenai rencana ekspansi bisnis ritel di kawasan tersebut.

Penulis: Akmal Hafiudzan, Monica Chyntia, & Adji Saiddinullah

Editor: Hasea Alfian & Novan Hartadi

Daftar Pustaka :

Christiawan dan Lestari. 2015. “Bentang Budaya Pedagang Ditinjau dari Konsep Tri Wara di Pasar Tradisional Desa Menanga”. Media Komunikasi Geografi, Volume 16 Nomor 1.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar (2013) Retil Modern Kota Denpasar

Harvey, David (1985) The Urbanization of Capital: Studies in the History and Theory of Capitalist Urbanization. Oxford UK: Blackwell

Ismail, R., Sidemen, I. A. W., Sunaryo, F. D. S. (2020). Bertahannya Pasar Tradisional Sanglah di Tengah-Tengah Pengaruh Pasar Modern di Denpasar Tahun 2000–2018. Humanis, 24 (4). DOI: 10.24843/JH.2020.v24.i04.p12

Junaedi, et al. 2021. “Peran Lembaga Perkreditan Desa dalam Pengembangan Kewirausahaan Sosial Masyarakat Bali”. Jurnal Kajian Bali, Volume 11 Nomor 1.

Kusuma, A.A, Ayu, D, dan Bagus, H S (2010) Analisa Potensi Bersaing Pasar Tradisional Terhadap Pasar Modern Di Kota Denpasar Dan Kabupaten Badung Denpasar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

Smith David M (1990) Introduction: TheSharing and Dividing of Geographical Space dalam Shared Space. Devided Space: Eds: Chisholm, Michael and Smith, David M, Unwin Hyman Ltd.

Wahyudi, A., Buchori, I., Sjahbana J.A. (2019). Transformasi Ruang Akibat Konflik (Studi Kasus: Kawasan Wisata Kuta, Bali). Jurnal Koridor: Jurnal Arsitektur dan Perkotaan, 10(01): 18–26.

--

--