Aksesibilitas Transportasi Publik di Sejumlah Kota Besar di Indonesia

Menganalisis aksesibilitas transportasi publik di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, dan Palembang

Datains
6 min readMar 31, 2022
Photo by Fasyah Halim on Unsplash

Di kota besar seperti Jakarta, jutaan orang melakukan mobilitas setiap harinya, baik menggunakan transportasi pribadi maupun dengan menggunakan moda transportasi umum massal seperti commuter line, busway, MRT, dan LRT. Fasilitas transportasi umum yang layak dan memadai adalah salah satu kebutuhan utama masyarakat kota besar.

Perkembangan transportasi publik di Indonesia, termasuk di Jakarta dan kota-kota besar lainnya seperti Yogyakarta, Surabaya, dan Palembang masih bisa terbilang hal yang baru dan belum sempurna. Transportasi publik yang baik harus mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat, baik dari segi kepadatan maupun aksesibilitas.

Dengan mengolah data dari berbagai sumber, kami membandingkan aksesibilitas transportasi masyarakat di sejumlah kota di Indonesia. Analisis perbandingan ini dilakukan dengan melihat perbandingan jumlah penduduk per wilayah administratif dengan jarak yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki (walking distance) ke public transit (halte, stasiun, dll) terdekat.

Semakin dekat jarak antartempat pemberhentian berarti semakin sedikit jarak yang harus ditempuh oleh para komuter dari tempat asal ke tempat pemberhentian. Hal ini penting dipertimbangkan untuk meningkatkan efisiensi dan kemauan orang-orang menggunakan transportasi umum.

Pengolahan Data

Setidaknya dibutuhkan 3 sumber data untuk analisis ini, yaitu data titik public transit pada masing-masing kota, data jumlah penduduk per tingkat kelurahan atau kecamatan, dan data batas wilayah administratif.

Dengan asumsi bahwa jarak tempuh dengan berjalan kaki dari masing-masing titik public transit adalah 500 meter, dibuat lingkaran dengan radius 500 meter dari titik pusat. Jarak tempuh ini menggambarkan jarak maksimal yang harus ditempuh orang-orang untuk berjalan ke halte/stasiun terdekat. Secara ideal, letak antar halte atau antar stasiun transit harus saling berdekatan untuk meningkatkan aksesibilitas transportasi publik kepada masyarakat.

Dengan menggabungkan dan memetakan semua sumber data di atas, diperoleh analisis pada sejumlah kota/wilayah di Indonesia sebagai berikut.

DKI Jakarta

Sebagai ibukota dengan jumlah penduduk tak kurang dari 10 juta, DKI Jakarta adalah wilayah dengan public transit paling lengkap dan mutakhir di Indonesia. Kota metropolitan ini sudah dilengkapi dengan fasilitas transportasi umum yang beragam, mulai dari bus TransJakarta, Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau yang biasa dikenal dengan Kereta Rel Listrik (KRL), Mass Rapid Transit (MRT), hingga Light Rail Transit (LRT).

Gambar di atas menunjukkan peta persebaran public transit yang terdapat di DKI Jakarta. Setiap warna titik mewakili 1 public transit, yakni warna biru untuk halte TransJakarta, merah untuk stasiun KRL, ungu untuk stasiun MRT, dan hijau untuk stasiun LRT. Persebaran warna serta titik sesuai gambar di atas juga menunjukkan jika public transit terbanyak yang terdapat di DKI Jakarta adalah halte TransJakarta, diikuti oleh stasiun KRL, MRT dan LRT.

Gambar Persebaran Jumlah Penduduk Setiap Kelurahan
Gambar Peta Kepadatan Penduduk Tingkat Kelurahan per Kilometer Persegi

Pada peta persebaran jumlah penduduk per kelurahan, jumlah persebaran penduduk pada setiap kelurahan ditunjukkan dengan warna merah di mana semakin merah warna maka kelurahan tersebut semakin memiliki banyak penduduk, begitu pun sebaliknya. Sama seperti persebaran jumlah penduduk, pada peta kepadatan penduduk tingkat kelurahan juga ditunjukkan dengan warna merah dimana semakin merah warna maka semakin padat penduduk yang terdapat pada kelurahan tersebut.

Gambar di atas menunjukkan rasio jumlah penduduk per jumlah public transit pada masing-masing kelurahan. Tidak semua kelurahan di DKI Jakarta memiliki akses ke public transit.

Peta di atas menunjukkan korelasi antara walking distance 500 meter dengan persebaran public transit dalam radius tersebut. Lokasi public transit ditunjukkan dalam lingkaran biru yang bersinggungan dengan batas kelurahan yang ditunjukkan dalam garis merah di DKI Jakarta. Berdasarkan gambar tersebut, ada beberapa wilayah di DKI Jakarta yang tidak memiliki akses ke public transit dalam jarak 500 meter untuk moda apapun.

Daerah Istimewa Yogyakarta

Peta persebaran halte bus Transjogja di DIY

Ada beberapa jenis transportasi umum di Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti bus Trans Jogja, kereta commuter, angkutan kota, dan sebagainya, namun analisis ini hanya difokuskan ke transportasi bus Transjogja saja.

Sebagaimana direpresentasikan pada peta di atas, akses transportasi publik di DIY kebanyakan masih berpusat di kota Yogyakarta dan sekitarnya, terutama yang berada dalam jalan lingkar (Ring Road) saja. Rute terjauh yang berada di luar jalan lingkar adalah daerah Kalasan untuk akses ke Candi Prambanan. Selain itu, belum ada layanan bus Trans Jogja untuk daerah-daerah di luar jalan lingkar, seperti Bantul dan Jalan Kaliurang bagian atas.

Peta persebaran public transit dalam radius 500 m (lingkaran biru) yang bersinggungan dengan batas kelurahan (garis merah) di DIY

Kelurahan dengan jumlah transit pemberhentian terbanyak adalah Sinduadi Kecamatan Sleman. Sementara, kelurahan dengan akses jumlah transit pemberhentian terbanyak dalam radius 500 meter adalah kelurahan Banguntapan dari kecamatan Banguntapan.

Surabaya

Peta persebaran public transit di Kota Surabaya, meliputi biru (stasiun) dan merah (terminal bus)

Kota besar lainnya, yaitu Surabaya juga memiliki layanan transportasi publik yang terdiri dari kereta dan bus. Seperti terlihat pada gambar di atas, titik warna biru menggambarkan letak stasiun, sementara titik warna merah menggambarkan letak terminal bus.

Dengan memetakan walking distance 500 meter dari masing-masing titik public transit yang digambarkan dalam lingkaran biru dan batas wilayah administratif tingkat kecamatan yang digambarkan dalam garis merah, dapat dilihat persebaran dan aksesibilitas public transit di kota Surabaya.

Sebagaimana terlihat di peta, sejumlah kecamatan tidak memiliki akses ke stasiun atau terminal/halte bus terdekat. Selain itu, sejumlah kecamatan yang memiliki public transit lokasinya juga terlalu jauh satu sama lain.

Peta persebaran jumlah penduduk di Surabaya tingkat kecamatan

Dari peta yang menggambarkan persebaran jumlah penduduk per kecamatan di kota Surabaya, kami menemukan beberapa hal. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Surabaya meliputi kecamatan Sawahan, Tambaksari, Kenjeran, masing-masing kecamatan ini dapat dijangkau menggunakan salah satu dari moda transportasi di atas.

Selain itu, tidak semua kecamatan di Surabaya memiliki akses terhadap transit untuk transportasi umum di atas. Sementara, kecamatan dengan akses jumlah transit pemberhentian terbanyak dalam radius 500 meter adalah kecamatan Pabean Cantian dan Semampir.

Palembang

Di Palembang terdapat setidaknya 3 jenis angkutan umum yang meliputi Light Rail Transit (LRT), Bus Rapid Transit (BRT), dan Angkutan Kota (Angkot), namun analisis ini difokuskan pada titik-titik public transit untuk LRT saja.

Peta persebaran stasiun LRT di kota Palembang
Peta persebaran public transit dalam radius 500 m (lingkaran biru) yang bersinggungan dengan batas kecamatan (garis merah) di Kota Palembang

Berdasarkan peta di atas, stasiun LRT di Palembang umumnya baru mencakup jalan utama saja, sementara daerah-daerah yang jauh dari jalan utama belum terjangkau oleh LRT.

Di kota Palembang, kecamatan dengan jumlah transit pemberhentian terbanyak adalah Kecamatan Sukarami. Sedangkan, kecamatan dengan akses jumlah transit pemberhentian terbanyak dalam radius 500 meter adalah kecamatan Ilir Barat I.

Summary

Transportasi publik massal di Indonesia mengalami banyak peningkatan pada beberapa tahun terakhir. Di sejumlah kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Palembang sudah dibangun layanan transportasi publik mulai dari bus trans, MRT, LRT, dan sebagainya. Meskipun demikian, masih banyak daerah-daerah di kota-kota besar tadi yang belum sepenuhnya terjangkau oleh transportasi publik ini. Sebagian besar public transit, seperti halte dan stasiun, yang dibangun saat ini masih berpusat di kecamatan atau kelurahan tertentu saja atau di jalan utama saja.

Aksesibilitas transportasi umum harus mempertimbangkan banyak faktor, salah satunya jarak. Jika jarak halte atau stasiun terdekat masih terlalu jauh dari rumah penduduk, maka orang-orang akan cenderung memilih moda transportasi lain ketimbang memilih transportasi umum. Idealnya, layanan transportasi publik harus dapat menjangkau semua kelompok masyarakat secara maksimal.

Referensi

--

--

Datains
Datains

No responses yet